Seluruh Keluarga besar POPSI BHAYU MANUNGGAL khusus nya POPSI cabang BANTUL SEDAYU JOGJAKARTA.Menucapkan SELAMAT MENUNAIKAN IBADAH PUASA di bulan suci ini RAMADHAN 1431 H. Semoga seluruh ibadah kita di terima ALLAH SWT , dan selalu di limpahkan Rizki yang melimpah amin....
^_^
KEJUARAAN PENCAK SILAT POPSI BHAYU MANUNGGAL SE INDONESIA
Diposting oleh popsi bhayu manunggal BANTUL on Minggu, 27 Juni 2010assalamualaikum wr.wb
di umumkan kepada yang tercinta teman-teman kami popsi bhayu manunggal moyudan-bantul untuk hadir dalam LATIHAN seperti biasa pada
tanggal :25 april 2010
jam :07:30 wib
tempat : kediaman bapak HARI WISMANTO moyudan,moyudan,sleman,yogyakarta
sekian pengumuman dari kami, harap anda bisa hadir dalam latihan tersebut. terimakasih atas perhatiannya.sekian.
wassalamualaikum wr.wb
panitia :
RAMDHAN JUSDI AHMAD
PEMIMPIN KETUA UMUM POPSI BHAYU MANUNGGAL BANTUL MOYUDAN
Diposting oleh popsi bhayu manunggal BANTUL on Minggu, 04 April 2010
bapak hari wismanto adalah awal mula tersusunnya next generation popsi bhayu manunggal moyudan bantul sedayu.
awal sejarah beliau mendirikan di sekolah sedayu kemudian berlanjut ke smk muh 3 yk, kemudian di sma muh 7, dan smk muh 1 moyudan.
beliau telah membawa muridnya ke dunia pencak silat yang beranggotakan lebih dari 50 org. yang insya alloh telah menjuarai kejuaraan perguruan tingkat national dan IPSI tingkat propinsi DIY.
semoga Alloh memberikan kesehatan baginya dan berikan riski bagi nya yang telah membawa kami ke jalan yang lurus. mendakwah melalui pencak silat indonesia tercinta yaitu IPSI popsi bhayu manunggal yang bercabang di MOYUDAN sleman barat tersebut.
REUNI POPSI BHAYU MANUNGGAL BANTUL
Diposting oleh popsi bhayu manunggal BANTUL on Selasa, 30 Maret 2010assalamualaikum Wr Wb
di beri tahukan Kepada Alumni sekaligus Atlit dari POPSI BHAYU MANUNGGAL BANTUL yang di pimpin oleh bapak HARI WISMANTO,
hari : jum'at
jam : 15:30 WIB
tempat : kediaman Bapak hari wimanto
acara : reuni
di harap hadir pada acara tersebut,sebelumnya saya ucapkan anyak terimakasih
wassalamualaikum Wr Wb
atas namaapnitia
mengundang :
alfian priantoro
NB : HARAP IURAN @ Rp 2000,00
DAERAH BARAT HARAP DI BAYARKAN =RAMDHAN JUSDI AHMAD ATAU PUSPA (ALUMNI SMK 1 MOYUDAN)
DAERAH KOTA HARAP DI BAYAR KEPADA APRIANI (ALUMNI SMK MUH 3 YK )
WISUDA DAN TASYAKURAN POPSI BHAYUMANUNGGAL
Diposting oleh popsi bhayu manunggal BANTUL on Kamis, 25 Maret 2010Anggota yang diwisuda kenaikan tingkat, setelah melakukan penghormatan khas padepokan , satu persatu kemudian disiram air kendi sebagai symbol telah menyatunya jiwa pendekar yang selalu menjaga kedamaian di masyarakat dan kehormatan padepokan. Popsi Bhayu manunggal memberikan arti pencak silat dalam makna yang lebih luas dimana selain sebagai olah raga dan beladiri , juga diberikan penguasaan mental dan spiritual. Dalam sambutannya, Pelindung Perguruan Ranting Tempel mengungkapkan , Sarjono S.pd , keberadaan POPSi Bhayu Manunggal diharapkan dapat memberikan banyak manfaat kepada masyarakat. Hal ini dapat diwujudkan dengan banyaknya anggota yang tersebar di Daerah Istimewa Jogjakarta dan sekitarnya. Ucapan terimakasih juga diberikan kepada pihak SD Kadirojo yang telah memberikan tempat sebagai lokasi berlangsungnya acara ini. Hadir dalam kesempatan tersebut diantaranya dari Bantul dan Kulonprogro, bukan hanya itu Ketua Dewan Pendekar dan Ketua Perguruan Bhayu manunggal beserta jajaran pengurus pusat dari padepokan Ambar Ketawang ikut hadir. POPSI Bhayu Manunggal didirikan oleh Ki Joyo Suwito dengan gelar Pendekar Dharma Wirya pada tahun 1970. Keberadaan perguruan silat ini harus bersaing dengan seni beladiri yang datang dari luar dengan berbagai bentuk organisasi. Sebagai salah satu media yang ikut mempertahankan budaya local, perguruan silat ini berharap ada dukungan dari pemerintah.Sejumlah murid padepokan Pencak Silat POPSI Bhayu Manunggal, belum lama ini diwisuda kenaikan tingkat oleh ketua dewan pendekar. Kegiatan ini sekaligus sebagai media untuk memperkuat jaringan POPSI Bhayu Manunggal dalam bentuk tasyakuran yang dihadiri oleh anggota baik dari cabang maupun ranting di DIY.
Selanjutnya masing-masing diberikan sabuk perguruan sebagai tanda tingkatan yang dicapai.
JAKARTA, SABTU - Sebuah film penuh laga akan meramaikan pentas perfilman yang kini kian menggeliat di Tanah Air, yakni film bertajuk Merantau.Film yang akan digarap sutradara asal Inggris Gareth Huw Evans itu, akan mengangkat tema beladiri khas Indonesia, pencak silat.
Film ini akan memulai proses syutingnya dengan melibatkan aktris kenamaan Christine Hakim, Alex Abbad, Donny Alamsyah, altet pencak silat nasional, Iko Uwais dan dua aktor asing aktor asing seperti Mads Kudal asal Denmark dan Laurent Buson (Prancis).
Film Merantau mengangkat cerita salah satu tradisi di Minangkabau Sumatera Barat, di mana seorang anak laki-laki harus melakukan perjalanan guna memperoleh nama untuk dirinya. Tokoh sentralnya, Yuda, akan dipercayakan kepada pesilat Iko Uwais.
Sementara itu, Donny Alamsyah, pemeran tokoh Yayan dalam film tersebut, mengaku sangat antusias terlibat dalam film layar ketiganya, setelah Sang Dewi dan 9 Naga. “Saya melihat skenario film ini sangat bagus. Ini film drama, tapi juga mengangkat seni budaya beladiri tradisional Indonesia. Sayang, saya enggak dapat adegan berantemnya,” kata Donny di Blitz Megaplex, Grand Indonesia, Jumat.
Di film tersebut, aktor asal Denmark Mads Kudal, akan berperan sebagai seorang penjahat bernama Ratger. Ia mengungkapkan keterlibatannya di film ini lantaran pernah satu menggarap proyek bareng sutradara asal Inggris, Gareth Huw Evans.
“Sejujurnya, saya tak begitu banyak tahu tentang film Indonesia, biasanya hanya dari Jepang atau China. Tapi menurut saya skenario di film ini sangat bagus,” puji bintang serial Six Reasons Why itu.
Rencananya, film yang penata gerak beladirinya dipercayakan kepada Edwel Datok Rajo Gampo alamn ini akan dirilis pada April 2009 mendatang. (C-02/ANT/EH)
Lihat aja di trailernya, mantap buanget. Maju terus silat indonesia.
Sumber: kompas.com
Kegelapan telah membekap malam ketika beberapa pendekar dari Perguruan Bhayu Manunggal berkumpul di Padepokan Ambarketawang, Gamping, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dengan diterangi lampu neon, mereka rakus menghirup dingin udara malam menggunakan jurus ilmu pernapasan di bawah arahan Tarsono (73), akhir Oktober lalu. Lima menit berlatih teknik dasar pernapasan, keringat deras mengucur membasahi pakaian seragam bela diri mereka.
Sejak setahun terakhir, Tarsono sudah jarang memberi latihan fisik karena raganya mulai ringkih. Akan tetapi, Tarsono masih menjadi tumpuan belajar energi pernapasan oleh para pendekar. Lebih dari 60 pendekar tua dari beragam organisasi masih berguru ilmu pernapasan pada Tarsono. Berpenampilan sederhana dan jauh dari wajah garang, Tarsono menjadi guru dan sesepuh dari banyak organisasi bela diri di Yogyakarta.
Di rumahnya, dengan lahan seluas 2.000 meter persegi yang berada tak jauh dari reruntuhan tembok petilasan Keraton Ambarketawang, beberapa perguruan silat sengaja memasang badge papan nama. Tarsono juga menyimpan berpasang-pasang baju bela diri dari berbagai perguruan silat hingga sering kali tak mengenali pakaian perguruan mana yang dikenakannya. Padahal, tak sekalipun dia tertarik bergabung ke dalam salah satu organisasi bela diri itu.
Masa muda Tarsono sarat dengan pertarungan. Kala itu, dia selalu menjadi orang pertama yang dicari oleh Corps Polisi Militer atau CPM tiap kali terjadi perkelahian antarremaja di Yogyakarta. Berawal dari tukang kelahi yang paling disegani, Tarsono sempat membaktikan ilmunya untuk melatih di Kopassus maupun Kodam I Iskandar Muda di Aceh.
Masa berkelahi secara fisik telah ditinggalkan, Tarsono kini berjuang membantu para pendekar untuk menangkal berbagai benturan hidup, yaitu dengan memanfaatkan pernapasan sebagai perisai diri. Berkumpul dan saling membagikan pengalaman hidup menjadi kekuatan tersendiri. Kesaksian akan keampuhan ilmu pernapasan menjadi kekuatan pendekar untuk terus berpikir positif dalam menjalani hidup.
Oksigen yang diraih oleh tubuh melalui teknik pernapasan berlimpah hingga empat kali lipat dibanding bernapas biasa. Para pendekar mengibaratkan oksigen sebagai uang yang harus dikumpulkan sebanyak-banyaknya. Cadangan uang berupa napas yang tersimpan di dalam tubuh itu bisa digunakan sebagai penahan benturan fisik maupun nonfisik.
Berbekal kekuatan dari cadangan oksigen yang banyak, Tarsono bisa memecah benda keras dengan tangan kosong. Semakin besar tenaga yang dikeluarkan, makin besar pula cadangan oksigen yang dibutuhkan. Tenaga dari oksigen itu bisa dikendalikan dan sering kali muncul dengan sendirinya ketika tubuh sedang diancam bahaya.
Ilmu bela diri, kata Tarsono, terbukti telah beberapa kali menyelamatkan hidupnya. Dia lalu mengisahkan ketika sempat hampir tertabrak mobil di jalan raya: ”Saya lalu salto dan berdiri di atas kap mobil yang melaju kencang itu. Sejak itu, saya jadi kondang (terkenal),” ujarnya sambil tertawa.
Hampir semua organisasi bela diri di Yogyakarta, seperti Pelopor Organisasi Pencak Silat Indonesia Bhayumanunggal, Persatuan Silat Indonesia Wijaya Kusuma, Perguruan Taekwondo, hingga Aikido, menganggap Tarsono sebagai sesepuh sekaligus guru. Murid-muridnya sering kali berdatangan ke rumahnya untuk minta saran tentang teknik pernapasan atau sekadar berbagi kesaksian hidup.
Dalam satu malam, Tarsono bisa 500 kali berlatih tarikan napas tanpa berhenti. Saat ini, jumlah muridnya sudah tak terhitung. Sebagian besar muridnya itu kemudian menjadi guru bela diri maupun teknik pernapasan.
Meski telah lepas dari bela diri fisik, menurut Tarsono, ilmu berkelahi tetap menjadi dasar dari latihan pernapasan. Seperti halnya perkelahian, teknik pernapasan bisa dilakukan di mana saja dan kapan pun. Berbeda dengan ilmu bela diri dari mancanegara yang membutuhkan ruang atau persyaratan tertentu, ilmu yang diperoleh Tarsono dari Keraton Yogyakarta ini cenderung membebaskan dengan prinsip menyedot oksigen sebanyak-banyaknya.
Berkelahi
Melihat sang ayah, Mulyo Sugondo, yang aktif mengajar bela diri di Perguruan Silat Suci Hati, pria kelahiran 24 April 1935 ini mulai tertarik ilmu berkelahi. Tarsono hanya sebentar berguru pada sang ayah karena dia lebih tertarik ilmu kanuragan dari Keraton Yogyakarta yang diajarkan oleh RM Harimurti. Harimurti adalah cucu Sultan Hamengku Buwono VII.
Di usianya yang baru 22 tahun, Tarsono telah menjadi guru silat di Yogyakarta. Berkelahi dan tak pernah kalah, membuat tawaran untuk menjadi pelatih bela diri terus mengalir dari berbagai daerah. Tarsono selanjutnya diundang oleh Wali Kota Solo untuk melatih di seluruh wilayah Eks-Karesidenan Surakarta. Keahlian bela diri pula yang membuat dia ditawari menjadi dosen ilmu bela diri di Sekolah Tinggi Olahraga Negeri Surakarta dan pegawai negeri di Dinas Penghasilan Daerah Surakarta.
Pada tahun 1965, Tarsono menjadi satu-satunya pelatih bagi para perwira untuk ilmu kekuatan di Kopassus. Pembekalan bela diri yang dibagikan oleh Tarsono terutama adalah kemampuan memecah benda keras. Selain memperoleh kemampuan otot, para perwira dilatih untuk berani dan memiliki mental yang kuat.
Pada tahun 1980, Tarsono kembali dipanggil oleh Kodam I Iskandar Muda untuk mengajar ilmu berkelahi dengan teknik pernapasan. Di sela melatih militer, dia juga mengajar ilmu bela diri di Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. Melihat tingginya minat untuk belajar ilmu pernapasan kala itu, Tarsono kemudian menulis buku bertajuk Ilmu Pernafasan untuk Kesaktian dan Sugesti yang diterbitkan Yayasan Budhi Mandiri, tahun 1981. Buku itu sempat dicetak hingga tiga kali dalam setahun.
Tak tahan terus-menerus berpisah dengan istri dan lima anaknya, pria yang murah senyum ini memilih kembali menetap di Yogyakarta.
Dia selalu mengajari murid-muridnya untuk memegang lima prinsip dasar, yaitu percaya kepada Tuhan, berbakti serta menghargai orangtua dan guru, sabar dan tahu benar salah, tidak boleh lari dari kenyataan, serta tidak ada kalah dan menang.
Karena kecintaannya pada ilmu bela diri, Tarsono selalu melatih tanpa mengharap imbalan. Ketika masih aktif melatih, dia bisa mengajar hingga 13 kali dalam satu pekan tanpa memperoleh uang sepeser pun. Kakek dari enam cucu ini mengaku ingin istirahat di masa tuanya, tetapi dia tak pernah sanggup membendung kehadiran para muridnya untuk sekadar meminta nasihat atau berlatih teknik pernapasan.