BULAN RAMADHAN 1431 H

on Selasa, 10 Agustus 2010


Seluruh Keluarga besar POPSI BHAYU MANUNGGAL khusus nya POPSI cabang BANTUL SEDAYU JOGJAKARTA.Menucapkan SELAMAT MENUNAIKAN IBADAH PUASA di bulan suci ini RAMADHAN 1431 H. Semoga seluruh ibadah kita di terima ALLAH SWT , dan selalu di limpahkan Rizki yang melimpah amin....


^_^

KEJUARAAN PENCAK SILAT POPSI BHAYU MANUNGGAL SE INDONESIA

on Minggu, 27 Juni 2010





juara umum pertandingan pencak silat popsi bhayu manunggal tingkat nasional tahun 2010 yang di adakan pada tanggal 26-27-juni-2010 kemarin yang di adakan di kab.sleman - di deptrans .berjalan sangat meriah.dan juara umum nya yaitu dari daerah KULON PROGO-DIY.piala bergilir.

PENGUMUMAN

on Rabu, 21 April 2010

assalamualaikum wr.wb
di umumkan kepada yang tercinta teman-teman kami popsi bhayu manunggal moyudan-bantul untuk hadir dalam LATIHAN seperti biasa pada
tanggal :25 april 2010
jam :07:30 wib
tempat : kediaman bapak HARI WISMANTO moyudan,moyudan,sleman,yogyakarta
sekian pengumuman dari kami, harap anda bisa hadir dalam latihan tersebut. terimakasih atas perhatiannya.sekian.
wassalamualaikum wr.wb

panitia :

RAMDHAN JUSDI AHMAD

PEMIMPIN KETUA UMUM POPSI BHAYU MANUNGGAL BANTUL MOYUDAN

on Minggu, 04 April 2010



bapak hari wismanto adalah awal mula tersusunnya next generation popsi bhayu manunggal moyudan bantul sedayu.
awal sejarah beliau mendirikan di sekolah sedayu kemudian berlanjut ke smk muh 3 yk, kemudian di sma muh 7, dan smk muh 1 moyudan.
beliau telah membawa muridnya ke dunia pencak silat yang beranggotakan lebih dari 50 org. yang insya alloh telah menjuarai kejuaraan perguruan tingkat national dan IPSI tingkat propinsi DIY.
semoga Alloh memberikan kesehatan baginya dan berikan riski bagi nya yang telah membawa kami ke jalan yang lurus. mendakwah melalui pencak silat indonesia tercinta yaitu IPSI popsi bhayu manunggal yang bercabang di MOYUDAN sleman barat tersebut.

foto-foto anggota POPSI bhayu manunggal moyudan



popsi bhayu manunggal yang terkumpul saat pertemuan reuni yang di laksanakan pada tanggal 2 april 2010.di kediaman bpk hari wismanto atau pendopo popsi bhayu manunggal bantul yang terletak di daerah moyudan,

atas nama panitia.
alfian p

REUNI POPSI BHAYU MANUNGGAL BANTUL

on Selasa, 30 Maret 2010

assalamualaikum Wr Wb
di beri tahukan Kepada Alumni sekaligus Atlit dari POPSI BHAYU MANUNGGAL BANTUL yang di pimpin oleh bapak HARI WISMANTO,
hari : jum'at
jam : 15:30 WIB
tempat : kediaman Bapak hari wimanto
acara : reuni

di harap hadir pada acara tersebut,sebelumnya saya ucapkan anyak terimakasih

wassalamualaikum Wr Wb

atas namaapnitia
mengundang :
alfian priantoro

NB : HARAP IURAN @ Rp 2000,00
DAERAH BARAT HARAP DI BAYARKAN =RAMDHAN JUSDI AHMAD ATAU PUSPA (ALUMNI SMK 1 MOYUDAN)
DAERAH KOTA HARAP DI BAYAR KEPADA APRIANI (ALUMNI SMK MUH 3 YK )

WISUDA DAN TASYAKURAN POPSI BHAYUMANUNGGAL

on Kamis, 25 Maret 2010


Sejumlah murid padepokan Pencak Silat POPSI Bhayu Manunggal, belum lama ini diwisuda kenaikan tingkat oleh ketua dewan pendekar. Kegiatan ini sekaligus sebagai media untuk memperkuat jaringan POPSI Bhayu Manunggal dalam bentuk tasyakuran yang dihadiri oleh anggota baik dari cabang maupun ranting di DIY.

Anggota yang diwisuda kenaikan tingkat, setelah melakukan penghormatan khas padepokan , satu persatu kemudian disiram air kendi sebagai symbol telah menyatunya jiwa pendekar yang selalu menjaga kedamaian di masyarakat dan kehormatan padepokan.
Selanjutnya masing-masing diberikan sabuk perguruan sebagai tanda tingkatan yang dicapai.

Popsi Bhayu manunggal memberikan arti pencak silat dalam makna yang lebih luas dimana selain sebagai olah raga dan beladiri , juga diberikan penguasaan mental dan spiritual.

Dalam sambutannya, Pelindung Perguruan Ranting Tempel mengungkapkan , Sarjono S.pd , keberadaan POPSi Bhayu Manunggal diharapkan dapat memberikan banyak manfaat kepada masyarakat. Hal ini dapat diwujudkan dengan banyaknya anggota yang tersebar di Daerah Istimewa Jogjakarta dan sekitarnya. Ucapan terimakasih juga diberikan kepada pihak SD Kadirojo yang telah memberikan tempat sebagai lokasi berlangsungnya acara ini. Hadir dalam kesempatan tersebut diantaranya dari Bantul dan Kulonprogro, bukan hanya itu Ketua Dewan Pendekar dan Ketua Perguruan Bhayu manunggal beserta jajaran pengurus pusat dari padepokan Ambar Ketawang ikut hadir.

Sementara itu ketua panitia kegiatan, Agus Widi menjelaskan, Pada kegiatan ini anggota yang mengikuti wisuda sebanyak 25 orang yang sebagian besar laki-laki. Adanya acara ini menjadi jaring pengikat yang kuat tali silaturahmi antar ranting dan cabang Popsi Bhayu Manunggal di Daerah Istimewa jogjakrta dan sekitarnya.

POPSI Bhayu Manunggal didirikan oleh Ki Joyo Suwito dengan gelar Pendekar Dharma Wirya pada tahun 1970. Keberadaan perguruan silat ini harus bersaing dengan seni beladiri yang datang dari luar dengan berbagai bentuk organisasi.

Sebagai salah satu media yang ikut mempertahankan budaya local, perguruan silat ini berharap ada dukungan dari pemerintah.

Film Merantau, Mengangkat Seni Beladiri Pencak Silat



JAKARTA, SABTU - Sebuah film penuh laga akan meramaikan pentas perfilman yang kini kian menggeliat di Tanah Air, yakni film bertajuk Merantau.Film yang akan digarap sutradara asal Inggris Gareth Huw Evans itu, akan mengangkat tema beladiri khas Indonesia, pencak silat.
Film ini akan memulai proses syutingnya dengan melibatkan aktris kenamaan Christine Hakim, Alex Abbad, Donny Alamsyah, altet pencak silat nasional, Iko Uwais dan dua aktor asing aktor asing seperti Mads Kudal asal Denmark dan Laurent Buson (Prancis).

Film Merantau mengangkat cerita salah satu tradisi di Minangkabau Sumatera Barat, di mana seorang anak laki-laki harus melakukan perjalanan guna memperoleh nama untuk dirinya. Tokoh sentralnya, Yuda, akan dipercayakan kepada pesilat Iko Uwais.

Sementara itu, Donny Alamsyah, pemeran tokoh Yayan dalam film tersebut, mengaku sangat antusias terlibat dalam film layar ketiganya, setelah Sang Dewi dan 9 Naga. “Saya melihat skenario film ini sangat bagus. Ini film drama, tapi juga mengangkat seni budaya beladiri tradisional Indonesia. Sayang, saya enggak dapat adegan berantemnya,” kata Donny di Blitz Megaplex, Grand Indonesia, Jumat.
Di film tersebut, aktor asal Denmark Mads Kudal, akan berperan sebagai seorang penjahat bernama Ratger. Ia mengungkapkan keterlibatannya di film ini lantaran pernah satu menggarap proyek bareng sutradara asal Inggris, Gareth Huw Evans.
“Sejujurnya, saya tak begitu banyak tahu tentang film Indonesia, biasanya hanya dari Jepang atau China. Tapi menurut saya skenario di film ini sangat bagus,” puji bintang serial Six Reasons Why itu.
Rencananya, film yang penata gerak beladirinya dipercayakan kepada Edwel Datok Rajo Gampo alamn ini akan dirilis pada April 2009 mendatang. (C-02/ANT/EH)
Lihat aja di trailernya, mantap buanget. Maju terus silat indonesia.
Sumber: kompas.com

foto-foto

popsi bhayu manunggal bantul pada tahun 2008, mendapatkan juara umum, juara nasional perguruan popsi bhayu manunggal . perguruan popsi bhayu manunggal bantul di pimpin oleh Bapak. Hari Wismanto .

janji perguruan




PANCA SETIA

1. SETIA KEPADA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2. SETIA KEPADA PERGURUAN

3. SETIA KEPADA GURU

4. SETIA KEPADA ORANG TUA

5. SETIA KEPADA SAUDARA SEPERGURUAN


TRAPSILA PERGURUAN

1. DUDUK PADMA

2. MEDITASI

3. HORMAT PERGURUAN

guru besar



Kegelapan telah membekap malam ketika beberapa pendekar dari Perguruan Bhayu Manunggal berkumpul di Padepokan Ambarketawang, Gamping, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dengan diterangi lampu neon, mereka rakus menghirup dingin udara malam menggunakan jurus ilmu pernapasan di bawah arahan Tarsono (73), akhir Oktober lalu. Lima menit berlatih teknik dasar pernapasan, keringat deras mengucur membasahi pakaian seragam bela diri mereka.
Sejak setahun terakhir, Tarsono sudah jarang memberi latihan fisik karena raganya mulai ringkih. Akan tetapi, Tarsono masih menjadi tumpuan belajar energi pernapasan oleh para pendekar. Lebih dari 60 pendekar tua dari beragam organisasi masih berguru ilmu pernapasan pada Tarsono. Berpenampilan sederhana dan jauh dari wajah garang, Tarsono menjadi guru dan sesepuh dari banyak organisasi bela diri di Yogyakarta.

Di rumahnya, dengan lahan seluas 2.000 meter persegi yang berada tak jauh dari reruntuhan tembok petilasan Keraton Ambarketawang, beberapa perguruan silat sengaja memasang badge papan nama. Tarsono juga menyimpan berpasang-pasang baju bela diri dari berbagai perguruan silat hingga sering kali tak mengenali pakaian perguruan mana yang dikenakannya. Padahal, tak sekalipun dia tertarik bergabung ke dalam salah satu organisasi bela diri itu.
Masa muda Tarsono sarat dengan pertarungan. Kala itu, dia selalu menjadi orang pertama yang dicari oleh Corps Polisi Militer atau CPM tiap kali terjadi perkelahian antarremaja di Yogyakarta. Berawal dari tukang kelahi yang paling disegani, Tarsono sempat membaktikan ilmunya untuk melatih di Kopassus maupun Kodam I Iskandar Muda di Aceh.
Masa berkelahi secara fisik telah ditinggalkan, Tarsono kini berjuang membantu para pendekar untuk menangkal berbagai benturan hidup, yaitu dengan memanfaatkan pernapasan sebagai perisai diri. Berkumpul dan saling membagikan pengalaman hidup menjadi kekuatan tersendiri. Kesaksian akan keampuhan ilmu pernapasan menjadi kekuatan pendekar untuk terus berpikir positif dalam menjalani hidup.
Oksigen yang diraih oleh tubuh melalui teknik pernapasan berlimpah hingga empat kali lipat dibanding bernapas biasa. Para pendekar mengibaratkan oksigen sebagai uang yang harus dikumpulkan sebanyak-banyaknya. Cadangan uang berupa napas yang tersimpan di dalam tubuh itu bisa digunakan sebagai penahan benturan fisik maupun nonfisik.
Berbekal kekuatan dari cadangan oksigen yang banyak, Tarsono bisa memecah benda keras dengan tangan kosong. Semakin besar tenaga yang dikeluarkan, makin besar pula cadangan oksigen yang dibutuhkan. Tenaga dari oksigen itu bisa dikendalikan dan sering kali muncul dengan sendirinya ketika tubuh sedang diancam bahaya.
Ilmu bela diri, kata Tarsono, terbukti telah beberapa kali menyelamatkan hidupnya. Dia lalu mengisahkan ketika sempat hampir tertabrak mobil di jalan raya: ”Saya lalu salto dan berdiri di atas kap mobil yang melaju kencang itu. Sejak itu, saya jadi kondang (terkenal),” ujarnya sambil tertawa.
Hampir semua organisasi bela diri di Yogyakarta, seperti Pelopor Organisasi Pencak Silat Indonesia Bhayumanunggal, Persatuan Silat Indonesia Wijaya Kusuma, Perguruan Taekwondo, hingga Aikido, menganggap Tarsono sebagai sesepuh sekaligus guru. Murid-muridnya sering kali berdatangan ke rumahnya untuk minta saran tentang teknik pernapasan atau sekadar berbagi kesaksian hidup.
Dalam satu malam, Tarsono bisa 500 kali berlatih tarikan napas tanpa berhenti. Saat ini, jumlah muridnya sudah tak terhitung. Sebagian besar muridnya itu kemudian menjadi guru bela diri maupun teknik pernapasan.
Meski telah lepas dari bela diri fisik, menurut Tarsono, ilmu berkelahi tetap menjadi dasar dari latihan pernapasan. Seperti halnya perkelahian, teknik pernapasan bisa dilakukan di mana saja dan kapan pun. Berbeda dengan ilmu bela diri dari mancanegara yang membutuhkan ruang atau persyaratan tertentu, ilmu yang diperoleh Tarsono dari Keraton Yogyakarta ini cenderung membebaskan dengan prinsip menyedot oksigen sebanyak-banyaknya.
Berkelahi
Melihat sang ayah, Mulyo Sugondo, yang aktif mengajar bela diri di Perguruan Silat Suci Hati, pria kelahiran 24 April 1935 ini mulai tertarik ilmu berkelahi. Tarsono hanya sebentar berguru pada sang ayah karena dia lebih tertarik ilmu kanuragan dari Keraton Yogyakarta yang diajarkan oleh RM Harimurti. Harimurti adalah cucu Sultan Hamengku Buwono VII.
Di usianya yang baru 22 tahun, Tarsono telah menjadi guru silat di Yogyakarta. Berkelahi dan tak pernah kalah, membuat tawaran untuk menjadi pelatih bela diri terus mengalir dari berbagai daerah. Tarsono selanjutnya diundang oleh Wali Kota Solo untuk melatih di seluruh wilayah Eks-Karesidenan Surakarta. Keahlian bela diri pula yang membuat dia ditawari menjadi dosen ilmu bela diri di Sekolah Tinggi Olahraga Negeri Surakarta dan pegawai negeri di Dinas Penghasilan Daerah Surakarta.
Pada tahun 1965, Tarsono menjadi satu-satunya pelatih bagi para perwira untuk ilmu kekuatan di Kopassus. Pembekalan bela diri yang dibagikan oleh Tarsono terutama adalah kemampuan memecah benda keras. Selain memperoleh kemampuan otot, para perwira dilatih untuk berani dan memiliki mental yang kuat.
Pada tahun 1980, Tarsono kembali dipanggil oleh Kodam I Iskandar Muda untuk mengajar ilmu berkelahi dengan teknik pernapasan. Di sela melatih militer, dia juga mengajar ilmu bela diri di Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. Melihat tingginya minat untuk belajar ilmu pernapasan kala itu, Tarsono kemudian menulis buku bertajuk Ilmu Pernafasan untuk Kesaktian dan Sugesti yang diterbitkan Yayasan Budhi Mandiri, tahun 1981. Buku itu sempat dicetak hingga tiga kali dalam setahun.
Tak tahan terus-menerus berpisah dengan istri dan lima anaknya, pria yang murah senyum ini memilih kembali menetap di Yogyakarta.
Dia selalu mengajari murid-muridnya untuk memegang lima prinsip dasar, yaitu percaya kepada Tuhan, berbakti serta menghargai orangtua dan guru, sabar dan tahu benar salah, tidak boleh lari dari kenyataan, serta tidak ada kalah dan menang.
Karena kecintaannya pada ilmu bela diri, Tarsono selalu melatih tanpa mengharap imbalan. Ketika masih aktif melatih, dia bisa mengajar hingga 13 kali dalam satu pekan tanpa memperoleh uang sepeser pun. Kakek dari enam cucu ini mengaku ingin istirahat di masa tuanya, tetapi dia tak pernah sanggup membendung kehadiran para muridnya untuk sekadar meminta nasihat atau berlatih teknik pernapasan.

sejarah popsi bhayu manunggal


Tata gerak, sistim latihan, gaya/style pertarungan yang diterapkan, secara teknis sangat memenuhi syarat untuk dimiliki dan melengkapi keterampilan pasukan perang. Murid- muridnya telah pula melatih Pasukan Komando TNI. Yaitu antara tahun 1968-1970,beberapa orang siswa keluarga perguruan Bhayu Manunggal melatih Komando Pasukan Gerak Cepat (Kopasgat) TNI AU Lanud Adisucipto Yogyakarta. Modellatihan ini merupakan awal masuknya Pencaksilat ke jajaran Pasukan Komando TNI.
Sejak masa muda, beliau terbiasa bersahabat dan bergaul dekat dengan tokoh-tokoh persilatan Nusantara dari daerah-daerah Jawa, Madura, Bali dan Sumatera. Beberapa tokoh tersebut berasal dari antara lain :JawaBarat – Daerah Banjar, Tasik, Banten, Pandeglang, Jawa Timur – Pacitan,Ponorogo, Bojonegoro dan Madura, Bali – Klungkung, Sumatra – Palembang,Pagarruyung (Minang dan Aceh). Juga para tokoh/praktisi seni beladiri lain dari luar Nusantara, misalnya di lingkungan klenteng Cina dan perkumpulan kung fu cina (sam bang po – Pathuk Yogyakarta) dan prajurit bala tentara Jepang. Pergaulan yang luas ini diantaranya mempengaruhi ciri-ciri ilmu yang diciptakannya di kemudian hari. Adalah hal biasa pula bagi beliau, menyebarkan ilmu kepada pribadi-pribadi muda, walaupun bukan muridnya sendiri. Ilmunya menyebar secara tidak langsung di dalam berbagai aliran perguruan Nusantara dan luar Negeri. Berdasarkan falsafahnya bahwa beladiri adalah kodrat makhluk hidup.
Manusia berhak belajar dan mengajar. Hal ini diantaranya yang mendasari sikap beliau dalam menyebarkan ilmunya. Hal ini pula yang pada suatu masa membawa beliau berada dan mengasuh salah satu Perguruan Historis IPSI.
Beliau sempat merintis pendirian laboratorium Pencak silat di Djogyakarta bersama-sama (alm) Ki Tarjonegoro(PHASADJA),(alm)Ki Poerwowarso (SHO), (alm)Ki Secodipoero (SHT), (alm) Ki Brototaryo (BIMA),dll.
Pada masa muda aktifitas perjuangannya melalui badan-badan organisasi diantaranya sebagai Ketua Badan Intelejen BPRI (Badan Pemberontak Republik Indonesia)Wilayah Djogjakarta yang didirikan oleh Bung Tomo. Dan aktif dalam kepengurusan PRN (Partai Rakyat Nasional) mendampingi Mr Djoedi Gondkoesoma (alm).
Pada antara tahun 1950 - 1965, ketika situasi politik sedemikian rupa, nuansanya secara perlahan merasuki perguruan beladiri negeri ini. Rasa “super” para tokoh perguruan pencak silat masing-masing ingin ditonjolkan namun kurang didukung dengan kemampuan berorganisasi, lambat laun hubungan didalam perguruan masing -masing tidak harmonis, akibatnya banyak perguruan di pulau Jawa yang pecah, khususnya di Yogya. Perguruan tua pecah menjadi beberapa perguruan.
MBah Djojo yang menyebarkan ilmu demi lestari dan berkembangnya seni beladiri bangsa ini, merasa gerah dan geram melihat situasi. Beliau kemudian menjaga jarak dan melepaskan diri dari lingkungan yang tak nyaman tersebut. Beliau sangat prihatin mengamati kehidupan generasi muda yang terkotak-kotak dalam bentuk kelompok-kelompok yang mencerminkan rapuhnya persatuan dan kesatuan bangsa. Padahal semasa mudanya semangat dan jiwa bangsa dibangun dengan mengorbankan jiwa raga para pejuang demi persatuan dan kesatuan bangsa tersebut. Ketika itu pintu perguruan Bhayu Manunggal tetap terbuka selebar-lebarnya bagi generasi muda yang berasal dari kelompok atau golongan manapun tanpa kecuali, dengan tujuan melestarikan tata beladiri sebagai seni budaya bangsa. Dalam kekecewaan tersebut, Ki Djojosoewito sempat bersikap dengan membentuk organisasi pencak silat antara lain ;
Pencak Ikhlasing Rasa Persatuan Indonesia (PERPI) – ( bukan
salah satu perguruan historis IPSI hanya sama nama ),
Rasa Manunggaling Timbuling Kasantosan (ROMANTIKA) dengan pengurus
Drs.V.Munandir(alm),Agus Sugeng SH, Prof.Dr.Ir.Joko Prayitno Msc).

Untuk lebih mempertegas sikap dalam rangka pengembangan organisasi dan atas desakan beberapa generasi muda siswa keluarga Bhayu Manunggal senior, yaitu : Ragil Sardjono(alm),Ir.Cahyo Suryono(alm), Agus Sugeng SH, Drs. Suharto, Mayor Drs. Hery Warso(alm), Drs.V. Munandir (alm) serta Ki Djojosoewito(alm) sebagai Guru Besar Perguruan maka pada hari Minggu Kliwon tanggal 26 Juli tahun 1970 Masehi, didirikan Pelopor Pencak Silat Indonesia disingkat POPSI sebagai wadah organisasi yang bebas dari nuansa politis, yang merupakan badan
organisasi dari Perguruan Bhayu Manunggal. Kata “Pelopor” diambil untuk menandai bahwa organisasi Perguruan Bhayu Manunggal bebas dari lingkungan atau kelompok yang bernuansa politik.

Saat itu, pada dekade akhir tahun 60an walaupun suhu politik meningkat dan situasi ekonomi memburuk dunia pencak silat negeri ini, seperti bangun dari tidur panjangnya. Pemerintah mulai memperhatikan seni budaya tata beladiri bangsa ini. Perguruan-perguruan persilatan tua walaupun telah telah terpecah berbenah diri, perguruan-perguruan muda pecahan dari berbagai aliran bermunculan, seiring dengan masuknya seni beladiri import berbagai aliran dari bangsa Asia. IPSI aktif membenahi sistim organisasinya. Demikian pula Perguruan Bhayu Manunggal. Sejak berdirinya POPSI, aktifitas organisasi meningkat. Oleh siswa-siswa senior didirikan cabang-cabang organisasi POPSI diberbagai daerah. Setiap event yang diselenggarakan IPSI diikuti sebagai wujud kebersamaan.


POPSI Bhayu Manunggal
Antara tahun 1970-1980. Setelah beberapa tahun berdirinya POPSI sebagai organisasi, para siswa keluarga Perguruan Bhayu Manunggal yang sudah lebih dahulu mendirikan organisasi, di inventarisasi, agar supaya kelak tidak kehilangan sumber ilmu. Berdasarkan kesepakatan organisasi, semua bersatu dalam satu bendera. Sebagai induk organisasi dibentuk Pengurus Besar POPSI Bhayu Manunggal. Kepengurusan pertama PB. POPSI Bhayu Manunggal di motori oleh tiga orang : Ir. Widodo, Drs. Warie Suharyanto, R. Subur BA.
Sejak saat itu Perguruan Bhayu Manunggal berkembang melalui organisasi
POPSI Bhayu Manunggal. Tidak berbeda dengan perguruan-perguruan Pencak
silat yang lain di Nusantara. POPSI Bhayu Manunggal menyebar kesemua
penjuru tanah air dan manca negara. Pada dekade kedua PB. POPSI Bhayu
Manunggal, jalannya organisasi POPSI Bhayu Manunggal semakin solid, motor
organisasi menjadi empat orang : Ir. Wododo, Drs. Warie Suharyanto, R.
Subur BA dan Ahmad Husein Indrajaya Bsc. Organisasi Perguruan sejak
berdirinya POPSI 1970, aktif mengikuti kegiatan persilatan
nasional/internasional . Beberapa siswa laga, dari beberapa daerah/ negara
selalu mewarnai persilatan nasional dan internasional.

Tercatat dalam pengembangan organisinya beberapa tempat latihan didirikan dan kurang dapat dikoordinasikan dengan baik antara lain :

1. Cabang Borobudur (Mas Bakri, mas Dorie)
2. Cabang Nusawungu-Kroya (Mas Imamudin)
3. Cabang Pati (Mas Bowo)
4. Cabang Wonosari – Dep. Transmigrasi, Kepek)
5. Cabang Babarsari (Mas Djoko Santosa – UPN)
6. Cabang Nanggulan, Sentolo (Mas Ngakoid)
7. Cabang Kauman Yogyakarta (Mas Kofa)
8. Cabang Brito Yogyakarta (Mas Yatno)
9. Cabang Bekasi (Mas Daryanto)
10. Cabang Tangerang (Mas Ichsan)

Beberapa cabang yang dengan baik masih berdiri sampai sekarang antara lain,
1. Cabang Sleman, tersebar di banyak ranting
2. Cabang Bendungan,Brosot - Kulonprogo
3. Cabang Sleman, Padepokan Gamping

Sesuai dengan falsafahnya, bahwa beladiri adalah kodrat makhluk hidup. Maka demikian pula penyebaran ilmu Bhayu Manunggal berlangsung alamiah, melalui para pribadi yang pernah berguru secara pribadi langsung kepada Ki Djojosoewito sejak Perguruan Bhayu Manunggal berdiri maupun melalui siswa-siswa senior setelah dibentuknya badan organisasi POPSI yang kemudian menjadi POPSI Bhayu Manunggal. Hingga kini masih banyak pribadi-pribadi yang memiliki ilmu Bhayu Manunggal belum terjangkau oleh komunikasi Keluarga Besar Bhayu Manunggal baik di tanah air maupun di luar negeri. Sangat disayangkan apabila suatu saat kelak ilmu Bhayu Manunggal sebagai asset peradaban manusia yang diciptakan oleh mendiang Ki Djojosoewito larut oleh zaman, lenyap tak berbekas. Sebagai penutup dari sejarah perguruan ini, untuk pengeling-eling weling Sang Guru Besar bahwa Perguruan Bhayu Manunggal bersandar dan berlindung kepada Tuhan yang Maha Kuasa bersifat kekeluargaan dengan organisasi Pelopor Pencak Silat Indonesia (POPSI) yang tidak bernaung di dalam organisasi atau partai politik manapun. Weling yang wajib direnungi setiap insan Bhayu Manunggal, dalam melestarikan tinggalane sang Guru.

Pada bulan September hari Minggu Legi tahun 2001 Masehi, Ki Djojosoewito alias Pandita Dharmowiryo, Guru Besar Perguruan / Pencipta Ilmu Bhayu Manunggal tutup usia setelah sakit sepuh beberapa waktu. Meninggalkan ilmu Bhayu Manunggal pada para muridnya yang tersebar dipersada Nusantara ini dan luar Nusantara, dimana sebagian besar para murid tersebut belum berkomunikasi bahkan diantaranya belum saling mengenal. Sepeninggal beliau adalah merupakan kewajiban para murid tersebut untuk memelihara, melestarikan ilmu yang dimiliki masing – masing sebagai khasanah budaya bangsa yang diharapkan kemudian dapat diserahkan pada generasi berikut dari bangsa ini.